Sam Po - Ruas Bambu Nusa

PAT KWA

PAT KWA

PAT KWA

Disconnected / Megat Jagad Alus

Disconnected / Megat Jagad Alus

Disconnected / Megat Jagad Alus

Soundscape

Karya kedelapan diberi judul Pat Kwa, yang melambangkan delapan potongan atau irisan. Kerap juga dilambangkan sebagai rumah laba-laba atau jala alam yang, dalam konsep silat, terdiri dari jala langit, jala bumi, dan jala manusia. Namun, dalam konteks karya seni Eco-Art, keuletan jala terletak pada simpulnya, karena simpullah yang membuat garis menjadi jala, irisan menjadi jaringan. Pat Kwa memang bukan milik manusia, namun manusia dapat menggunakannya. Ia ada di dalam kosmos dan terhubung dengan manusia.


Persoalannya adalah bahwa Pat Kwa hanya bisa disadari, dihayati, dan dirasakan. Tanpa kecerdasan batin, jaring-jaring halus kehidupan akan tetap tersembunyi di balik kabut pikiran manusia. Oleh karena itu, karya Pat Kwa berupa titian jalan setapak di atas tanah, menyerupai jembatan gantung bambu, dari satu rumpun bambu menuju rumpun bambu lainnya. Namun, sesungguhnya, titian tersebut tidak bersambung sehingga tidak saling terhubung satu sama lain. Melalui karya ini, Pat Kwa ingin menyampaikan bahwa manusia kini tidak lagi terhubung dengan jaring kehidupan sehingga mengalami kesulitan beradaptasi dengan perubahan. Maka judul karya Pat Kwa menjelma menjadi

‘Disconnected/Megat Jagad Alus’.

Karya kedelapan diberi judul Pat Kwa, yang melambangkan delapan potongan atau irisan. Kerap juga dilambangkan sebagai rumah laba-laba atau jala alam yang, dalam konsep silat, terdiri dari jala langit, jala bumi, dan jala manusia. Namun, dalam konteks karya seni Eco-Art, keuletan jala terletak pada simpulnya, karena simpullah yang membuat garis menjadi jala, irisan menjadi jaringan. Pat Kwa memang bukan milik manusia, namun manusia dapat menggunakannya. Ia ada di dalam kosmos dan terhubung dengan manusia.


Persoalannya adalah bahwa Pat Kwa hanya bisa disadari, dihayati, dan dirasakan. Tanpa kecerdasan batin, jaring-jaring halus kehidupan akan tetap tersembunyi di balik kabut pikiran manusia. Oleh karena itu, karya Pat Kwa berupa titian jalan setapak di atas tanah, menyerupai jembatan gantung bambu, dari satu rumpun bambu menuju rumpun bambu lainnya. Namun, sesungguhnya, titian tersebut tidak bersambung sehingga tidak saling terhubung satu sama lain. Melalui karya ini, Pat Kwa ingin menyampaikan bahwa manusia kini tidak lagi terhubung dengan jaring kehidupan sehingga mengalami kesulitan beradaptasi dengan perubahan. Maka judul karya Pat Kwa menjelma menjadi

‘Disconnected/Megat Jagad Alus’.

Karya kedelapan diberi judul Pat Kwa, yang melambangkan delapan potongan atau irisan. Kerap juga dilambangkan sebagai rumah laba-laba atau jala alam yang, dalam konsep silat, terdiri dari jala langit, jala bumi, dan jala manusia. Namun, dalam konteks karya seni Eco-Art, keuletan jala terletak pada simpulnya, karena simpullah yang membuat garis menjadi jala, irisan menjadi jaringan. Pat Kwa memang bukan milik manusia, namun manusia dapat menggunakannya. Ia ada di dalam kosmos dan terhubung dengan manusia.


Persoalannya adalah bahwa Pat Kwa hanya bisa disadari, dihayati, dan dirasakan. Tanpa kecerdasan batin, jaring-jaring halus kehidupan akan tetap tersembunyi di balik kabut pikiran manusia. Oleh karena itu, karya Pat Kwa berupa titian jalan setapak di atas tanah, menyerupai jembatan gantung bambu, dari satu rumpun bambu menuju rumpun bambu lainnya. Namun, sesungguhnya, titian tersebut tidak bersambung sehingga tidak saling terhubung satu sama lain. Melalui karya ini, Pat Kwa ingin menyampaikan bahwa manusia kini tidak lagi terhubung dengan jaring kehidupan sehingga mengalami kesulitan beradaptasi dengan perubahan. Maka judul karya Pat Kwa menjelma menjadi

‘Disconnected/Megat Jagad Alus’.